Tiga Desa Adat Batak Bersatu Majukan Pariwisata
Medan – Tiga desa adat di Batak di Bona Pasogit di kawasan Danau Toba, Sumut mulai direvitalisasi. Misinya menjadikan desa-desa adatnya sebagai penopang pariwisata.
“Ada tiga desa adat yang mulai direvitalisasi akhir pekan lalu. Pertama Desa Adat Ragi Hotang di Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Tobasa. Berikutnya Desa Adat Hutagaol Sihujur di Kecamatan Silaen, Kabupaten Tobasa setelah itu Desa Adat Rumah Bolon Gunung Malela di Kabupaten Simalungun,” terang Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar, Hiramsyah S Thaib dalam rilis yang diterima detikTravel, Selasa (14/2/2017).
Peresmian revitalisasi tiga desa adat tadi dinilai sangat baik. Apalagi, saat ini ada 4000-an rumah adat di seluruh Tobasa yang punya desain arsitektur yang unik. Ciri khas berbentuk panggung dengan tiang pancang yang kokoh selama ini menjadi salah satu lokasi wisata yang sering dikunjungi wisatawan. Desain ukiran dan ornamen khas warna merah, hitam, dan putih yang menampilkan pandangan kosmologis dan filosofis budaya Batak, juga banyak dikagumi wisatawan.
“Ini adalah kolaborasi yang pas. Kemendikbud dan pariwisata bersinergi merivitalisasi desa adat. Budaya itu sangat perlu dilestarikan. Makin dilesatarikan, makin mensejahterakan,” tambah Hiramsyah.
Kemenpar memang sudah melombakan desain arsitektur nusantara bekerjasama dengan Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) yang sudah merumuskan model-model rumah adat yang khas. Bahkan, Menpar Arief Yahya meminta agar revitalisasi desa wisata dan homestay agar selalu mempertimbangkan dengan desain arsitektural nusantara tersebut.
Kebetulan, lokasi yang dipilih sudah sangat sempurna. Desa adatnya ada di sekitaran Danau Toba yang sudah mendunia. Inilah kawasan yang sedang dipersiapkan menjadi world class tourism destination. Danau Toba yang berada di Provinsi Sumut itu adalah danau terdalam di dunia, danau vulkanik terbesar di dunia, dan danau nomor dua terbesar setelah Victoria Lake di Afrika. Keistimewaan lainnya, ada Pulau Samosir di tengah-tengah danau sepanjang 100 km x 30 km itu. Luas Samosir juga terbilang fanstastis. Areanya mencakup 64.000 hektar, tidak kalah dengan luas Negara Singapura.
Bila disambungkan dengan rencana pembangunan 100.000 homestay Kementerian Pariwisata, programnya pas. Sebab, desain Arsitektur rumah adat di sana sudah sangat cocok untuk diimplementasikan ke dalam desa wisata. Nuansa budayanya ada dan hal ini belum tentu bisa ditemukan di tempat lain.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid ada di barisan yang sama dengan Hiramsyah. Menurutnya, budaya dan pariwisata menjadi bagian yang tak terpisahkan. Dan saat ini, pembangunan Desa Adat merupakan program prioritas Nasional.
“Tujuannya, agar masyarakat terus bisa melestarikan adat dan kebudayaan yang mereka miliki. Nanti saat banyak tamu, orang banyak belajar tentang sejarah, atau adat di sekitar kawasan Danau Toba. Itu yang kita harapkan,” kata Hilmar.
Dijelaskannya, fokus revitalisasi Desa Adat ini adalah pembangunan fisik rumah adat. Dan setelah direvitasasi, masyarakat diharapkan bisa mengembangkan Desa Adat sebagai objek wisata yang lebih layak.
“Kegiatan-kegiatan adat juga bisa dilakukan di lokasi Desa Adat ini. Pariwisata hidup, budaya juga tetap lestari,” katanya.
Acara peresmian revitalisasi 3 desa adat tadi dihadiri banyak pejabat. Dari mulai Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, Direktur utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba Ari Prasetio, Sekretaris Ditjen Pariwisata Nono Adya, Bupati Tobasa Darwin Siagian, Wakil Bupati Tobasa Hulman Sitorus, Kapolres Tobasa AKBP Jidin Siagian, Wakil Ketua DPRD Tobasa Tonny M Simanjuntak, Kadis Pariwisata Tobasa Ultrisonlahir Simangunsong, Kepala Pos Basarnar Danau Toba Torang M Hutahaean, Lembaga Adat Tobasa hingga sejumlah masyarakat adat setempat, dan juga ikut hadir bersama para pimpinan SKPD Pemkab Tobasa.
sumber : travel.detik.com