Jelajah Kaldera Toba
SABTU sekitar pukul 06.00, pada penghujung Oktober, bus pariwisata tiba di kaki Gunung Pusut Buhit. Udara sejuk dan kicau burung menyambut, ketika menelusuri jalan menuju Pos Geopark Kaldera Toba.
“Menakjubkan! Alangkah indahnya ciptaan Tuhan ini,” kata Pendeta Sampe Waruwu, rohaniwan yang mendampingi rombongan wistawan Paduan Suara Jericho HKBP Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Rombongan yang berjumlah 41 orang mulai bergerak dari jalan Desa Limbong menuju gunung Pusuk Buhit. Puncak tertinggi ini berada di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, yang merupakan puncak Kaldera Toba.
Kaldera Toba, pertemuan gunung, hamparan daratan, dan danau yang terbentuk dari letusan gunung api supervocano 74 ribu tahun lalu. Keindahan Kaldera Toba yang menakjubkan dapat dilihat dari puncak Gunung Pusuk Buhit. Selain menyuguhkan udara sejuk, Pusuk Buhit menyuguhkan pemandangan Danau Toba dari berbagai sisi.
Pusuk Buhit, puncak tertinggi
Pusuk Buhit menyuguhkan udara sejuk bagi siapa pun yang mengunjunginya. Pusuk Buhit ialah puncak gunung tertinggi di kawasan Danau Toba dengan ketinggian sekitar 1.800 meter dari permukaan laut. Hamparan Kaldera Toba merupakan pemandangan yang menakjubkan yang terlihat dari Pusuk Buhit.
Kaldera Toba ini terbentuk setelah letusan Gunung Toba yang merupakan gunung api raksasa dengan letusan mahadahsyat dengan tiga kali letusan. Menurut para geolog, letusan pertama, sekitar 800 ribu tahun lalu, membentuk kaldera di selatan Danau Toba yang meliputi Parapat dan Porsea.
Letusan kedua, 500 ribu tahun lalu, membentuk kaldera di utara Danau Toba yang mencakup Silalahi dan Haranggaol, dan letusan ketiga, 74 ribu tahun lalu, yang membentuk Kaldera Danau Toba dengan Pulau Samosir di tengahnya.
Panorama Danau Toba
Pusuk Buhit tempat yang pas untuk memandang keindahan Danau Toba yang panjangnya 100 km dan lebar 30 km yang dikelilingi batu apung peninggalan dari letusan gunung api supervolcano. Dari puncak Pusuk Buhit akan terlihat Danau Toba dari berbagai sisi mulai Pulau Samosir, Danau Toba di kawasan Silalahi, Danau Toba di kawasan Parapat, dan hamparan perkampungan Sianjur Mula-Mula.
Para pendaki bisa menjangkau Pusuk Buhit melalui Desa Limbong, Kecamatan Sianjur Mula-Mula. Pendakian untuk mencapai Pusuk Buhit sekitar 3 hingga 4 jam dari Pos Geopark Kaldera Toba. Bahkan waktu tempuh bisa lebih lama lagi karena pengunjung kerap berhenti untuk swafoto di spot-spot yang menyuguhkan keindahan alam Kaldera Toba.
Menurut Patrick Sihombing, pemimpin rombongan, medan pendakian menuju puncak Pusuk Buhit tergolong berat. “Pusuk Buhit memang tak setinggi Gunung Bromo (2.000-an mdpl), tapi pendakian ini cukup berat karena banyak batu dan sebagian masih tergolong virgin,” kata pemandu wisata yang mahir berbahasa Rusia itu. Piktor Sitohang dan Poltak Lumbantobing, peserta rombongan, sempat kewalahan ketika perjalanan turun dari Pusuk Buhit. “Perjalanan turun ini lebih berat,” ujar Sitohang.
Rute perjalanan dari medan menuju lokasi ini bisa melalui Parapat-Tomok-Pangururan atau melalui Berastagi-Tele dan langsung ke Sianjur Mula-Mula.
Tak perlu khawatir kelelahan mendaki Pusuk Buhit, sebab kelelahan itu akan tertebus oleh udara segar serta pemandangan yang menakjubkan sepanjang jalan.
Pemandian air panas
Tempat pemandian di pantai Danau Toba di berbagai tempat juga siap menyegarkan kembali para pendaki yang kelelahan. Terdapat sejumlah tempat di Danau Toba sebagai tempat pemandian. Di kawasan hotel atau tempat penginapan di Tomok, Samosir, terdapat pantai tempat berenang dan bagi yang gemar jalan bisa menapaki pantai berpasir putih. Bagi yang senang mandi air panas, terdapat pemandian air panas di sekitar Pangururan.
Jika cukup waktu, terdapat juga Air Terjun Situmurun yang bisa ditempuh sekitar 1 jam naik kapal dari Tomok. Air terjun yang mengenai bagian punggung terasa seperti pijatan untuk melonggarkan kembali otot setelah kelelahan mendaki Pusuk Buhit. (M-1)
Source : Mediaindonesia.com