skip to Main Content

PIDATO WAPRES JUSUF KALLA DI BONA PASOGIT PADA ACARA MUSYAWARAH ADAT BATAK , Parapat, 30 Juli 2016

“Kita harus membuka diri untuk semua ilmu, untuk mengisi kapasitas diri kita untuk melihat masa depan. Adat dan budaya mengisi jiwa kita. Dari udara, saya melihat tanah boleh gersang, tetapi niat dan semangat untuk maju tidak boleh gersang. Itu dibuktikan oleh sekolah-sekolah yang memberikan ilmu yang bagus untuk masyarakat adat di Sumatera Utara. Spirit untuk maju harus selalu ada. Batak mempunyai semangat yang selalu bergelora, selalu dinamis, mesti dipergunakan untuk kemajuan. Adat, jangan hanya dibicarakan sebagai peninggalan, tetapi dipakai sebagai dorongan untuk maju. Jangan menghabiskan tabungan bertahun-tahun hanya untuk memperingati adat. Tetapi bangunlah diri kita dan potensi kita untuk kemajuan, dengan semangat atau spirit dengan adat yang diwarisi. Jadi, bukan seremoni yang berjam-jam itu yang harus dipertahankan, tetapi nilainya dipakai untuk bisa bersaing dengan derap maju persaingan dunia ini.”

“Potensi Sumut, cuaca yang baik, angin yang segar, danau yang indah, dan sumberdaya alam lainnya. Tetapi kita butuh sumberdaya yang lain, makanan, minuman, kebersihan, keindahan dan pelayanan. Senyum. Senyum.”

“Makassar, NTT dan Batak hampir sama, susah senyum. Itu tidak perlu dipelajari. Tidak ada rumusnya. Hanya butuh latihan. Untuk hal-hal tersebut, belajarlah ke Bali.”

“Budaya itu penting. Manortor di Samosir itu akan laku sekali saja biasanya. Tetapi orang-orang ingin makan berkali-kali. Orang ingin lihat pantai berkali-kali. Orang ingin lihat senyum berkali-kali. Mana ada orang yg ingin lihat kuburan berkali-kali? Atau melihat tortor berkali-kali. Yang penting keramahan, keindahan, kebersihan, dan kenyamanan, yang ingin dinikmati oleh orang berkali-kali.”

“Butuh upaya besar merestorasi daerah wisata DANAU TOBA. Tetapi penting dilaksanakan pengembangan Toba menjadi destinasi utama Indonesia. Jangan sia-siakan Rahmat keindahan yang diberikan oleh Tuhan.”

“Lingkungan harus diperbaiki. Kalau mau lihat gundul, di Timur Tengah sana banyak. Kita semua butuh air. Air hanya ada jika ada hujan, ada hutan. Pohonlah yang bisa mengatasi keringnya kemarau dan lebatnya hujan. Sebenarnya siklus itu tidak perlu undang-undang, tidak perlu peraturan, asal kita menyadarinya.”

“Para perantau perlu pulang, ingat kampungnya, majukan kampungnya. Adat yang berbeda-beda jadikanlah sebagai fondasi kemajuan bangsa ini.

 

Sumber : Patrick Lumbanraja

Back To Top